Percayalah... Suatu saat nanti... Kita 'kan dipertemukan kembali... Bintang... :)

Tampilkan postingan dengan label Curahan Hati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Curahan Hati. Tampilkan semua postingan

Jumat, 01 Juni 2012

Surat Untuk Ade


Abang nggak mau ini menjadi akhir dari kisah yang pernah kita ukir. Abang menjadi sangat terpuruk ketika abang merasa terjebak dalam keputusan yang salah. Abang akui, abang memang bodoh, manusia terbodoh jika tinggalin ade kayak gini...

Cut, abang tau ade nggak susah dapetin laki2 yang lebih baik dari pada abang... abang takut kalo ade udah dapetin cowok dan ngelupain abang...
Lagi-lagi abang nggak mengerti dengan perasaan abang... terlebih mengerti perasaan ade... abang nggak mau ade jatuh cinta sama yang lain... abang nggak mau ninggalin ade... abang nggak bisa lupain ade... Walaupun abang mencoba untuk berpaling dari ade karena abang nggak mau buat ade sedih terus, abang nggak bisa terima ade bete gara2 abang...

Kita udah jauh sekarang... Tapi abang masih ingat janji2 abang bahwa kita akan hidup bersama nanti. Abang nggak akan lupa itu. Padahal dulu nya abang mencoba untuk mengontrol emosi abang, karena kita jauh, abang takut ketika terjadi satu masalah, akibatnya akan besar dan merugikan hubungan kita. Abang nggak mau itu....

Tapi yang abang khawatirkan, justru terjadi karena kebodohan abang... Karena keegoisan abang... Karena ketidakmengertian abang tentang kondisi ade sekarang...

Ade, kenapa jarak kita sekarang menjadi jauh? Kenapa harus ada Singkil dan Banda Aceh? Kenapa nggak ada waktu yang pas buat kita saling curhat?
Kenapa itu nggak bisa kita capai bersama? Kenapa kita terlalu lama berhubungan? Lalu ujung2nya hancur kaya sekarang...

Ade, abang nggak mau ini terjadi, tapi abang yakin, ade wanita baik2 nggak pernah pantas dapetin abang bukan cowok yang baik...

Abang harap ade bisa jalanin aktifitas dengan lebih semangat disana tanpa abang, walaupun dulunya juga nggak ada yang abang lakuin buat ade, abang nggak bisa hadir pas ade butuh abang... abang terlalu cuek dengan ade, abang memang sangat teramat nggak pantas untuk mendampingi ade... 

Abang takut akan melukai ade nantinya... Abang takut menjadi cowok yang egois dan menyiksa perasaan ade nantinya... tapi di sisi lain, abang nggak akan bisa terima ketika mendengar ade udah sama orang lain... Abang akan hancur... Abang menjadi bodoh dalam keputusan yang terbodoh...

Ade, abang mencoba, jika ini memang yang terbaik untuk ade, abang akan jalani semua ini... Tapi abang tetap pada janji abang untuk melamar ade nanti... Walaupun ade nggak pernah suka untuk membahas hal itu. Maafin abang yang terlalu memaksa ade.

Abang akan berusaha lupain ade, dan please ade juga harus ngelupain abang, biar abang rela ade bersama yang lain... walaupun abang nggaka akan pernah rela.... Mudah-mudahan ini yang terbaik, ini menjadi akhir yang buruk bagi abang. Ini menjadi akhir yang paling menyedihkan dalam hidup abang. Abang tau ini bukan maunya ade, bukan juga maunya abang... Ini terjadi karena kebodohan abang.

Ade, tetap semangat mengikuti kuliah ya... Tetap raih mimpi2 ade, dan menjadi istri yang shalehah untuk siapapun calon suami ade... Abang yakin banyak cowok baik yang melamar ade... Kabarkan abang kalo ade akan menikah, tapi sebelumnya minta maaf karena abang nggak akan datang...
Maafin segala kesalahan abang... Perkataan abang yang kasar ke ade... Perbuatan abang yang ngak sengaja menoreh luka di hati ade... Dan sikap abang yang kurang menghargai ade...

Maafin abang ya... Abang sudah maafin apapun itu kesalahan ade...
Apapun yang akan terjadi, abang pengen ade jadi bidadari abang di syurga nanti... Mudah2an kita semua mendapat keberkahan... Semoga Allah selalu melindungi ade yang rajin puasa, dan nggak pernah tinggal shalat... Salam ya buat keluarga semua, Jauza, Inta, Mita, Mama, Papa, Bang Yan, Sepupu Ade, temen2 ade juga... Mudah2an semua ini adalah yang terbaik, untuk ade... Amien...

Singkil, 31 Mei 2012


Selasa, 27 Desember 2011

Mengenang Tsunami

Entah ada apa dibalik intensitasku bermimpi Tsunami, jika dirata-ratakan, aku lebih sering bermimpi Tsunami dibandingkan dengan mimpi-mimpi lain yang mungkin lebih indah. Tsunami indah? Iya, bagiku, di alam mimpi, berbeda dengan realita yang dialami oleh jutaan penduduk Aceh pada khususnya 26 Desember 2004 silam.

Dan lagi-lagi, semalam (23 Desember 2011), aku bermimpi sedang mengunjungi pulau kecil untuk berlibur dan mengisi waktu santai, aku bersama ayahku disana. Setiba disana, aku duduk santai di sebuah cafe di Malaysia (tiba2 aja sampe Malaysia, kiban nyo?) bersama teman-teman. Seketika itu, tanpa ada yang sadar, aku melihat gelombang tinggi yang cepat melaju ke arahku. Awalnya aku tidak percaya, ini mustahil, karena tidak ada tanda2 gempa sebelumnya. Tapi disela2 ketidakpercayaanku, Aku mencoba mencapai tempat yang lebih tinggi. Rumah Aceh. Waktu itu, hanya rumah Adat Aceh yang paling tinggi selain pohon kelapa yang berjejerah jauh dariku. Terdetik bahwa aku tidak akan selamat dari ancaman maut ini. Ntah bagaimana, ayahku tidak lagi berada denganku, tapi aku yakin beliau selamat. Hanya tinggal aku dan beberapa orang disana. Dan aku pun pasrah.

Seketika itu gelombang yang menyapu setiap bangunan di depanku semakin mendekat. Aku mencoba berlari ke atas bukit, tapi langkahku dihentikan ketika aku melihat ada orang yang mencoba berlari dan disapu oleh gelombang raksasa itu. Dan ku simpulkan, aku tidak akan berlari. Nyaris, tak masuk di akal. Ketika aku melihat gelombang di depanku tiba2 menjauhiku, berbelok ke sisi kiri ku yang waktu itu tak lagi dapat berkutik. Alhamdulillah, ujarku.
Dan akhirnya gelombang pertama pun surut, aku beranjak ke sebuah cafe yang tak jauh di sebelah kanan. Kaget, aku melihat beberapa orang sedang dengan santainya menikmati sore sambil bersenda gurau dan menikmati secangkir kopi. Sempat aku berpikir, apa karena ini Malaysia? Apa karena Malaysia negara lebih maju 89 lantai dari pada Indonesia? Tanyaku dalam hati.

Aku pun bergegas melihat ke luar, untuk meyakinkan bahwa tak ada lagi Tsunami. Tapi nyatanya, lagi-lagi aku melihat gelombang yang lebih tinggi dan secepat pesawat masih setia menghampiriku. Aku semakin gugup. Memang di dalam hati aku tidak akan lari, aku akan pasrah, bahwa di sini lah ajalku. Aku melihat ada beberapa orang yang mencoba untuk lari, namun mereka terbunuh oleh mesin gelombang itu. Usaha yang sia-sia, pikirku lagi.

Dan akhirnya, aku pun tersapu ombak, terbawa ke sebuah pulau yang tadinya jauh, sekarang terhubung oleh Tsunami. Di pulau itu, aku masih saja melihat Tsunami yang terus datang menghajar. Karena ada pohon kelapa di depanku, akhirnya aku pun menaiki kelapa tersebut. Dan Akhirnya, aku selamat di atas sana. Bagiku ini bukan mimpi buruk, melainkan mimpi yang memberikan tantangan dan memicu andrenalin, wah, parah...

TSUNAMI PART  XVII

Sebelumnya, aku juga pernah bermimpi, ketika aku lagi duduk di meunasah yang memiliki anak kaki (mirip rumah Aceh) di dekat sebuah pasar yang ramai. Aku baru saja selesai shalat. Tiba-tiba datang seorang ibu menitipkan 2 orang anak kembarnya kepadaku, karena hendak berbelanja di pasar.  Akhirnya aku pun meng-iya-kan, menjaga anak yang usil2 dan lasak2 itu. Sambil membaca Alquran, aku pegang pergelangan anak itu yang mencoba ari kesana kesini.

Jelang beberapa menit, aku merasakan gempa yang sangat dahsyat, membuat kaki meunasah (mushalla-tempat shalat- red) itu patah. Miring. Hingga membuat posisi aku dan ke 2 anak itu terseret ke satu sisi ruangan. Parahnya lagi, meunasah itu terbawa hingga ke tepi pantai, oleh karena saking dahsyatnya gempa itu. Tangan kiri dan kananku masih menggenggam erat ke-dua anak tadi yang dititip ibunnya kepadaku. Anak itu menangis keras dan melihat ke arahku sambil ketakutan.

Gempa akhirnya berhenti. Aku melihat air laut semakin surut jauh. Aku meyakini bakal ada tsunami, dan firasatku benar. Seketika itu aku melihat gelombang tinggi sedang bersiap2 untuk menyapu alam. Hitam. Berkabut. Tinggi. Mengerikan. Aku memutuskan diri untuk lari. Mendaki bukit yang lebih tinggi. Mencari titik aman dari gelombang besar itu. Sambil tanganku menarik kedua anak yang tidak ku kenal itu seperti adikku sendiri. Mereka menangis dahsyat. Masih saja melihat ke arahku. Aku sedah berada di puncak bukit. Ketika Tsunami datang, ia tidak sampai menyapuku bersama bangunan2 lain yang hancur luluh.

Baru saja aku mengatakan Alhamdulillah, aku melihat ada gelombang yang lebih besar dan lebih cepat melaju ke arahku. Subhanallah, aku dan ke dua anak ini tak akan selamat. Aku mencoba melihat ke tempat yang lebih tinggi lagi. Tapi percuma, tempat itu terlalu jauh. Dan lagi-lagi di mimpi ini, aku pasrah. Bak film mengejar matahari, kami berdiri bersampingan, Si anak kembar yang satu ku pengang dengan tangan kananku, dan yang satunya lagi ku pegang erat dengan tangan kiriku. Mereka berdiri mematung. Disini akhir ajalku. Ketika gelombang hampir berada tepat di atasku, dan aku pun menutup mata. Ya Allah, ampuni dosa-dosaku...  Ini saatnya aku mati. Mati oleh makhlukmu yang perkasa. Mati oleh Air.

“dbdbrbrbrbrbrbrrbrrrrrrrrrrrrr..........” terdengar ganasnya Tsunami itu. Setelah beberapa saat, aku tidak merasakan setetes airpun yang membasahaiku, harusnya aku telah hanyut dan berbenturan dengan bangunan dan pepohonan yang hancur tak berdaya. Ku buka mataku. Seolah aku melihat ada keajaiaban yang ku alami. Gelombang tsunami menjauh berbelok ke kanan dan kekiri, seolah tidak ingin mendekati 2 anak yang tidak berdosa itu. Aku tertolong karena mereka. Dan aku terheran ketika melihat ke arah mereka. Mereka malah menghadiahiku senyuman. Senyuman yang lugu. Senyuman khas anak-anak. Senyuman yang menyejukkan. Senyuman malaikat-malaikat kecil... Subhanallah...

MENGENANG TSUNAMI.

Mengingat peristiwa yang pernah terjadi 7 tahun silam, tentu saja bukan alasan untuk ditangisi. Meski ada luka yang tertanam ketika melihat saudara, sahabat, teman, yang tenggelam bersama gelombang raksasa si- Tsunami. Kejadian yang maha dahsyat yang pernah kita alami/ kita lihat semasa hidup. Kejadian yang memilukan yang menyayat hati. Kejadian yang mengajari kita arti berbagi. Kejadian yang membuat kita tersadar bahwa kehidupan bukanlah tujuan akhir kita. Kejadian yang membuat kita seharusnya lebih peduli sesama. Tidak saling menjatuhkan, dan berpegang erat pada kaidah2 agama. Kejadian yang mengajari kita agar yakin, bahwa kita adalah makhluk yang lemah di atas yang Maha Tinggi, yang mampu berbuat apapun.

Dan tentu, peristiwa ini akan selalu kami kenang hingga anak cucu. Kami akan selalu mengirimkan doa kepada teman-teman, dan saudara2 yang lebih awal meninggalkan kami. Blay (Fadhillah), temanku yang juga pergi bersama gelombang besar itu, aku akan selalu mendoakanmu. Terimakasih telah hadir di dalam mimpiku. Meskipun aku tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya surah Yasin dan doa yang dapat aku titipkan. Semoga kau ditempatkan di tempat yang selayak-layaknya. Blay, kapan kau ajak aku bermain dengan mobil barumu. Blay, aku yakin, aku akan menyusulmu suatu saat nanti. Menyusul teman-teman ku yang juga hilang waktu itu, Selamat jalan Fadhillah, Muhammad Zahaf, Cut Dhora Surrahmi, Badroel Tamam, Dek Do, dkk, selamat jalan Saudara-saudaraku...

Selasa, 24 Mei 2011

Cita-cita yang Terlupa

MahzilNews.com - Setelah sempat 1 bulan off dari jejaring sosial da dunia maya ketika laptopku menghirup "nafas" yang terakhir, dan tak sempat mengucapkan salam terakhir untukku yang telah bersamanya dari tahun 2006 tempoe doeloe... 
Aku sadar, bahwa segala sesuatu yang dekat dengan kita, jika hilang, kita baru merasa, betapa sakitnya ditinggalkan. Ada faktor kebutuhan karena kebiasaan disana. Aktifitasku kosong, lebih-lebih dikarenakan sudah hampir 2 bulan aku nganggur, keluar dari sebuah perusahaan benefit, yang dulunya aku terbiasa bekerja di organisasi non-benefit, targetku hanya pencapaian dan hasil dari kegiatan, berbeda penjualan dan untung bagi perusahaan.
Katanya, aku sangat kreatif dan memiliki seni yang tinggi. Aku sempat berfikir untuk menjadi seorang designer, penulis, mungkin juga pelukis, memang benar, itu cita2ku yang ke 17 dari 33 total cita2 lainnya... Owh tidak, kebanyakan cita2, kacau ntar, memang itu yang kurasakan, kehidupan tidak lagi berada pada titik fokus.
Tapi, sekarang Aceh dibawah kendali Indonesia, kata orang, ini Indonesia bung !!! sarjana teknik, bisa saja bekerja di keuangan, sarjana akutansi mungkin juga bekerja sebagai tim psychology, masyarakat sangat berpegang teguh kepada prinsip "money is everything, and everything is money..."
Titik temu ke"boringan"ku berakhir untuk sementara dikarenakan ada temanku yang berbaik hati meminjamkan laptopnya kepadaku, dan Alhamdulillah (perbanyaklah temanku yang seperti ini, hehehe... www.ngarep.com). Aku terbawa emosi ketika membaca sebuah tulisan yang pedas mengenai di sebuah blog, mereka menghina sebuah agama tanpa dasar yang kuat, dan disitulah, aku bergabung dengan komunitas tersebut dan terlibat dalam diskusi yang panas, dan aku pun membaca, mencari berbagai referensi biar sanggahan komentarku lebih mantap, aku mengumpulkan berbagai sumber, dalil-dalil, dan logika-logika yang ada di search engine, hingga tanpa kusadari, aku berubah menjadi diri yang gemar membaca, tidak seperti hari2 yang aku hanya menghabiskan waktu kosong dengan main game. ..
Seiring waktu, aku semakin tidak terkontrol, dan kini aku kembali sadar, bahwa aku menjadi sosok yang haus diskusi, tak ada waktu yang kulalui tanpa diskusi, bertanya kesana kemari, mencari jawaban...
Terdetik dalam hati, berguru dengan mesin pencari di dunia maya, hingga aku berhasil mendesain sebuah blog yang akan kugunakan sebagai mediaku dalam menulis berbagai hal, dan berharap setidaknya dapat berguna bagi orang lain, dan kini, blogku sedang melalui proses "rehab-rekon" bak BRR dulu yang bertugas di Aceh. 
Apa yang kudapat? "Iqra' bismi Rabbika alladzii khalaq..." Sungguh sebuah bukti keagungan perintah yang terkandung dalam Ayat Alquran, wahyu pertama yang diturunkan... Jika dikaji lebih dalam, inilah yang disebut mengamalkan Alqur'an, bahkan hanya mengamalkan satu ayat saja, kita sudah menjadi pribadi yang dimuliakan, berkembang, melunjur bak pesawat tempur... Bayangkan, jika semua ayat yang terkandung dalam Alquran kita amalkan? Lakukukan itu, karena sungguh, tidak akan merugi, berusahalah, dan bersyukur atas apa yang kamu dapat hari ini... Kamu akan menjadi makhluk yang yang termaktub dalam Alquran, "Sebaik-baik penciptaan"...
Disitulah aku menemukan satu lagi cita2ku, menjadi "sebaik-baik penciptaan" Allahuakbar... Ya Allah ridhailah setiap langkahku... Halangi aku jika ku berniat hendak melakukan keburukan dan maksiat terhadapmu... Amien...

Wassalam,
Curahan hati dalam curahan emosi,


B I S M I L L A A H I R R A H M A A N I R R A H I I M . . . MARI B E R S A M A B E R B A G I R A N G K A I A N C E R I T A, G O R E S A N K I S A H, K E K U A T A N A Q I D A H, DAN K E T A J A M A N P E N G E T A H U A N . . . . . "KUTITIPKAN SENYUMKU, DI SEJUTA MANIS SENYUMNYA...

Suka

Share to Facebook >>