Ummat Islam adalah satu-satunya ummat yang paling beruntung di dunia, karena memiliki Wahyu Allah yang terpelihara dalam keadaan utuh dan dalam bentuknya yang asli, bebas dari kekotoran campur tangan manusia. Setiap kata-kata yang ada di dalamnya masih sama persis dengan ketika ia diturunkan kepada Rasulullah saw. Namun, umat Islam ini juga adalah orang-orang yang paling malang di dunia ini, karena, walaupun mereka memiliki Wahyu Allah tetapi mereka tidak dapat memperoleh berkat dan manfaat Wahyu tersebut, yang sebenarnya tak terhitung banyaknya itu.
"Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat." (terj. QS Al An’am 6 : 155)
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (terj. QS Thaha 20 : 124)
Al Qur’an diturunkan Allah kepada mereka agar mereka membacanya, memahami isinya dan berbuat menurut pentunjuknya. Dan dengan pertolongan Kitab ini, mereka disuruh untuk menegakkan pemerintahan di muka bumi Allah ini, yang berfungsi sesuai dengan hukum Allah. Al Qur’an datang untuk memberikan kepada mereka kebesaran dan kekuasaan. Ia datang untuk menjadikan mereka Wakil Allah yang sejati di bumi ini. Dan sejarah telah membuktikan bahwa bilamana ummat Islam berbuat menurut petunjuk-petunjuk yang terkandung dalam Kitab ini, maka Kitab ini akan memperlihatkan kemampuannya untuk menjadikan mereka pemimpin dunia.
Tetapi sekarang, kegunaan Al Qur’an bagi mereka hanyalah untuk disimpan di rumah untuk mengusir jin-jin/hantu-hantu. Mereka menuliskan ayat-ayat Al Qur’an pada lembaran-lembaran kertas lalu menggantungkannya pada leher mereka, atau mencelupkannya ke dalam air dan kemudian meminum airnya, dan mereka membaca ayat-ayat Al Qur’an tersebut tanpa memahami artinya. Namun mereka mengharap untuk dapat memperoleh sesuatu berkat daripadanya. Mereka tidak lagi mencari petunjuk daripadanya untuk mengatur masalah-masalah kehidupan mereka. Mereka tidak lagi menjadikan Al Qur’an sebagai pertimbangan untuk mengetahui apa yang harus mereka percayai, apa saja yang harus mereka kerjakan, dan bagaimana mereka harus melakukan transaksi-transaksi.
Mereka menjauhi Al Qur’an dalam menentukan hukum-hukum apa yang harus mereka ikuti dalam mengikat tali persahabatan dan membuat permusuhan, hak-hak apa yang dimiliki sesama manusia atas diri mereka dan juga hak-hak mereka sendiri atas sesama manusia. Mereka menjauhi Al Qur’an dalam menentukan apa yang benar dan yang salah, siapa yang harus dipatuhi perintahnya dan siapa pula yang harus ditentang, dengan siapa mereka harus memelihara hubungan dan dengan siapa tidak, siapa teman dan siapa musuh mereka, dan di mana letak kehinaan, kegagalan dan kerugian mereka?
Kamu muslimin tidak lagi memeriksa masalah-masalah ini dengan Al Qur’an. Mereka sekarang meminta petunjuk tentang masalah-masalah tersebut kepada orang kafir, orang musyrik, orang sesat dan hanya mementingkan diri sendiri, kepada suara-suara iblis yang ada dalam diri mereka sendiri, dan mereka mengikuti apa saja yang dikatakan oleh unsur-unsur tersebut. Karena itu mereka ditimpa bencana, yang pasti akan datang, menimpa siapa saja yang melupakan Allah dan yang mengikuti petunjuk selain dari petunjuk-Nya.
Akan halnya Al Qur’an sendiri, ia adalah sumber kebaikan yang paling besar. Al Qur’an mampu memberikan kepada anda manfaat apa pun yang anda inginkan dan sebanyak apa pun yang anda mau. Kalau dari Al Qur’an, yang anda cari hanya manfaat yang kecil dan remeh, seperti untuk mengusir jin/hantu, obat untuk orang sakit batuk dan demam, kemenangan dalam pengadilan dan sukses dalam mencari kerja, maka yang anda peroleh, memang, hanya hal-hal kecil itu saja. Bila yang anda cari hanya kekuasaan di atas dunia dan penguasaan terhadap alam semesta, maka anda juga akan memperolehnya. Dan kalau anda menginginkan untuk mencapai puncak kebesaran rohani, Al Qur’an juga akan membawa anda ke sana. Ini hanyalah soal kemampuan anda untuk mengambil manfaat daripadanya. Al Qur’an adalah kebaikan lautan: anda hanya mengambil dua tetes air daripadanya, padahal, sebenarnya ia mampu memberikan air sebanyak lautan itu sendiri.
“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Quran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (terj. QS Al A’raaf 7 : 52)
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (terj. QS Al Iraa’ 17 : 82)
Apa yang diperbuat saudara kita sesama muslim terhadap Kitab Suci Allah adalah demikian bodoh dan patut ditertawakan. Seandainya saudara-saudara kita sesama muslim melihat orang lain berbuat seperti itu terhadap sesuatu yang lain, pasti mereka akan mentertawakannya dan menganggapnya sebagai orang gila. Sekiranya ada orang yang menerima resep dari seorang dokter, lalu resep ini dibungkusnya dengan kain dan digantungkannya di lehernya, atau dicelupkannya ke dalam air dan air itu diminumnya, apa yang akan anda katakan? Tidakkah anda akan mentertawakan dan mengatakan orang itu sebagai seorang yang bodoh? Nah, sekarang ini di depan mata anda semua perbuatan seperti ini sedang dilakukan terhadap resep yang paling manjur dan tak ternilai harganya, yang ditulis oleh ‘Dokter yang paling besar dari semua dokter’, yang dimaksudkan untuk menyembuhkan semua penyakit anda. Namun, tak seorang pun yang tertawa melihat perbuatan ini! Tak seorang pun mencoba mengerti bahwa sebuah resep bukanlah untuk digantungkan di leher atau dicelupkan ke dalam air lalu diminum, tetapi untuk menggunakan obat dengan cara seperti yang ditunjukkan dalam resep itu.
MEMAHAMI ISI AL QUR’AN DAN MENURUTINYA ADALAH WAJIB
Seandainya anda melihat orang yang sedang sakit membuka buku tentang pengobatan dan mengira bahwa dengan membacanya ia akan dapat sembuh dari penyakitnya, maka apa yang dapat anda katakan tentang orang itu? Tentu anda akan mengatakan bahwa orang tersebut adalah orang yang sinting dan harus dikirim ke rumah sakit jiwa? Akan tetapi tidaklah anda sadar bahwa anda sendiri melakukan hal yang sama kepada buku (Al Qur’an) yang dikirimkan oleh ‘Dokter Terpandai’ untuk menyembuhkan penyakit-penyakit anda? Anda hanya membacanya saja dan mengira bahwa dengan membacanya begitu saja, semua penyakit anda akan hilang. Anda mengira bahwa anda sudah cukup dengan membacanya saja tidak perlu untuk menuruti petunjuk-petunjuk yang terkandung di dalamnya, tidak pula penting untuk menghindari bahaya seperti yang dikatakannya. Maka, mengapa anda tidak memberikan penilaian yang sama kepada diri anda sendiri seperti yang anda berikan kepada orang yang mengira bahwa dengan membaca buku pengobatan saja adalah cukup untuk menyembuhkan penyakit?
Kalau anda menerima surat dalam bahasa yang tidak dimengerti, tentu anda mencari orang yang mengerti bahasa tersebut untuk mengetahui isinya. Anda tidak merasa tenang sebelum anda mengetahui isi surat tersebut. Begitulah yang anda lakukan terhadap surat-surat dagang yang mungkin akan memberikan keuntungan yang sedikit bagi anda. Akan tetapi surat (Al Qur’an) yang dikirimkan oleh ‘Penguasa Dunia’ kepada anda yang menerangkan semua keuntungan anda di lapangan din, yang menyangkut kehidupan duniawi, anda kesampingkan begitu saja tanpa mencoba untuk memahami isinya. Anda tidak memperlihatkan keinginan untuk mengetahui isinya. Tidakkah itu suatu hal yang mengherankan?
AKIBAT PERLAKUAN YANG ZALIM TERHADAP KITAB ALLAH
Bila anda merenungkan semua kenyataan yang terjadi sekarang ini, bahwa Kitab Allah sedang mengalami perlakuan yang zalim di dunia ini, dan para pelakunya adalah orang-orang yang menyatakan dirinya beriman kepada Kitab Allah dan bersedia mati untuk membelanya. Tak syak lagi mereka memang beriman kepadanya dan menganggapnya lebih berharga daripada hidup mereka sendiri; tetapi sayangnya mereka sendirilah yang memperlakukannya dengan perlakuan yang paling zalim. Dan akibat perlakuan yang zalim terhadap Kitab Allah ini jelas kelihatan! Hendaklah kita pahami benar-benar bahwa, Kitab Allah tidaklah diturunkan kepada manusia untuk menjerumuskannya ke dalam jurang kecelakaan, kemalangan dan penderitaan.
“Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah, tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut kepada Allah.” (terj. QS Thaha 20 : 2-3)
Al Qur’an adalah sumber kebahagiaan dan nasib baik, bukannya sumber kejahatan dam kesengsaraan. Tidak mungkin suatu ummat yang memiliki Wahyu Allah hidup dalam penderitaan di dunia ini, diperbudak, diinjak-injak, dan ditendang oleh orang lain. Suatu ummat hanya akan menemui nasib seperti ini bila mereka memperlakukan Kitab Allah secara zalim. Nasib Bani Israil terpampang di hadapan anda. Taurat dan Injil diturunkan kepada mereka dan dikatakan:
“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil, dan Al Qur’an, yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka.” (terj. QS Al Maidah 5 : 66)
Tetapi mereka memperlakukan Kitab-kitab Allah tersebut dengan cara yang zalim dan mereka memperoleh belasan perbuatan itu:
“… Lalu ditimpakan kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.” (terj. QS Al Baqarah 2 : 61)
Karena itu bila suatu ummat memiliki Kitab Allah, tetapi mereka hidup dalam kehinaan dan diperbudak oleh orang lain, maka anda boleh memastikan bahwa hal itu adalah karena mereka memperlakukan Kitab Allah dengan cara yang zalim, dan apa yang mereka alami itu adalah hukuman atas perbuatan mereka itu. Tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan diri dari murka Allah, selain menghentikan kezaliman tersebut dan memperlakukan Kitab Allah dengan semestinya. Bila anda semua tidak berhenti dari berbuat dosa yang besar ini, maka hidup anda tidak akan berubah meskipun anda mendirikan berbagai perguruan tinggi di setiap desa dan anak-anak anda semua menjadi sarjana, dan anda, seperti orang-orang Yahudi, menjadi jutawan-jutawan dengan jalan riba.