Percayalah... Suatu saat nanti... Kita 'kan dipertemukan kembali... Bintang... :)

Senin, 04 Juli 2011

Obyek Wisata Banda Aceh

Kota Banda Aceh adalah salah satu kota sekaligus ibu kota Aceh, Indonesia. Dahulu kota ini bernama Kutaraja, kemudian sejak 28 Desember 1962 namanya diganti menjadi Banda Aceh. Sebagai pusat pemerintahan, Banda Aceh menjadi pusat segala kegiatan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Selain itu juga Banda Aceh menyediakan banyak tempat wisata yang menarik yang dapat anda dikunjungi, diantaranya:

1. Mesjid Raya Baiturahman
Mesjid Raya Baiturahman
Mesjid Raya Baiturahman yang terletak di pusat kota Banda Aceh yakni di Pasar Aceh merupakan mesjid kebanggan masyarakat Aceh.
Sejarah mencatat pada jaman dulu ditempat ini berdiri sebuah Mesjid Kerajaan Aceh. Sewaktu Belanda menyerang kota Banda Aceh pada tahun 1873 Mesjid ini dibakar, namun untuk meredam kemarahan rakyat Aceh pada tahun 1875 Belanda membangun kembali sebuah Mesjid sebagai penggantinya yang berdiri megah saat ini.
Mesjid ini berkubah tunggal dan dibangun pada tanggal 27 Desember 1883. Selanjutnya Mesjid ini diperluas menjadi 3 kubah pada tahun 1935. Terakhir diperluas lagi menjadi 5 kubah (1959 – 1968).

2. Museum dan Rumoh Aceh
Rumoh Aceh
Kota Banda Aceh memiliki sebuah Museum Negeri yang terletak dalam sebuah Kompleks. Bangunan induk Museum berupa sebuah rumah tradisional Aceh, dibuat pada tahun 1914 untuk Gelanggang Pameran di Semarang, yang kemudian dibawa pulang ke Banda Aceh tahun 1915 oleh Gubernur Van Swart (Belanda) yang kemudian dijadikan Museum. Rumoh Aceh adalah sebuah rumah panggung yang berpintu sempit namun didalamnya seluruh ruangan tersebut tidak bersekat.
Sekarang ini lingkungan Museum ini telah bertambah dengan bangunan baru yang mengambil motif-motif bangunan Aceh seperti halnya bangunan Balai Pertemuan yang berbentuk kerucut yang bentuknya diambil dari cara orang Aceh membungkus nasi dengan daun pisang yang dinamakan “Bukulah”. Bukulah ini antara lain dihidangkan pada kenduri-kenduri tertentu seperti Kenduri Blang, Kenduri Maulid Nabi Besar Muhammad Saw dan lain sebagainya.
Ruang pamer Museum yang baru, memiliki bangunan 3 lantai, dipenuhi oleh berbagai koleksi barang-barang purbakala yang ditata dengan baik. Salah satu koleksi Museum ini adalah Lonceng Besar yang diberi nama “CakraDonya”. Lonceng ini merupakan hadiah dari Kerajaan Cina tempo dulu yang dibawa oleh Laksamana Ceng Ho pada tahun 1414. Beranda depan Museum memiliki bentuk khas yang juga memperlihatkan ukiran-ukiran kayu dengan motif Aceh. Banyak hal yang menarik dimuseum yang bersebelahan dengan pendopo Gubernur Aceh itu sehingga banyak murid sekolah yang berkunjung setiap harinya.
Dikompleks ini sekaligus dijumpai makam sultan-sultan Aceh dimasa lalu. Makam para Sultan pada umumnya dibuat dari Batu Gunung dan dihiasi dengan Kaligraphi Arab yang indah mempesona, salah satunya adalah Makam Sultan Iskandar Muda.
3. Gunongan
Putroe Phang
Gunongan merupakan sebuah bangunan peninggalan Sultan Iskandar Muda (1608-1636) untuk permaisurinya Putri Phang.Menurut sejarah, Putri Phang selalu merasa rindu akan kampung halamannya, Pahang – Malaysia. Sultan kemudian mengetahui bahwa kegusaran permaisurinya itu karena di Pahang Istananya dikelilingi oleh perbukitan dimana permaisuri dapat bermain, namun disini tidak.
Lalu Sultan membangun sebuah gunung buatan yaitu Gunongan dimana permaisuri dapat memanjatinya. Begitu bangunan ini siap, permaisuri menjadi berbahagia dan lebih banyak menghabiskan waktunya disini terutama pada saat matahari akan tenggelam. Gunongan terletak dalam sebuah komplek di Jl. Teuku Umar Banda Aceh, dimana daerah tersebut luput dari keganasan Tsunami.

4. Pinto Khop
Pinto Khop
Dibangun Pada masa Pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Pinto Khop merupakan pintu penghubung antara Istana dan Taman Putroe Phang. Pinto Khop ini merupakan pintu gerbang berbentuk kubah. Pintu Khop ini merupakan tempat beristirahat Putri Phang, setelah lelah berenang, letaknya tidak jauh dari Gunongan, disanalah dayang-dayang membasuh rambut sang permaisuri. Disana juga terdapat kolam untuk sang permaisuri mandi bunga. Ditempat itu pula oleh Sultan dibangun sebuah perpustakaan dan menjadi tempat sang permaisuri serta Sultan menghabiskan waktu sambil membaca buku selepas berenang, keramas dan mandi bunga.

5. Lapangan Blang Padang
Lapangan Blang padang merupakan lapangan yang terletak di Pusat Kota Banda Aceh, tepatnya di depan rumah walikota. Terdapat banyak rumah pejabat penting, kantor, sekolah, dan lain-lain yang menghadap ke Lapangan ini. Lapangan Blang Padang biasanya digunakan untuk upacara bendera ataupun perayaan kenegaraan yang diselenggarakan di Nanggroe Aceh Darussalam.
Lapangan Blang padang memang tidak terbuka untuk umum, tapi kalo untuk jogging lapangan blang padang sangat terbuka untuk siapa saja. Setiap hari anda bisa jogging di jogging track, jogging track sangat nyaman dan aman karena di desain dari beton yang tidak licin, dilengkapi dengan saluran drainase di kanan dan kirinya sehingga lintasan akan senantiasa kering dan pada kondisi hujan air akan dengan cepat dapat dibuang dari lintasan tersebut. Disepanjang lintasan terdapat monumen “Thanks to the World”, bertulis terima kasih dan damai yang dipersembahkan dari berbagai Negara dengan bahasa dari masing-masing negara tersebut. Pasca gempa dan gelombang Tsunami Indonesia mendapat bantuan dari 34 Negara dan lebih dari 600 Non-Governmental Organizations (NGO). Tak hanya itu fasilitas olah raga lainnya juga telah direnovasi, seperti lapangan basket, lapangan sepak bola, lintasan lari jarak pendek. Peremajaan taman dan fasilitas olahraga ini merupakan rangkaian program Pohon Persahabatan, Taman Kota dan Jejak Budaya dari RANTF dengan mitra pelaksana Yayasan Bustanussalatin.
Pada hari minggu dan rabu pagi di Blang padang Rutin diselenggarakanan Senam jantung sehat dan senam poco-poco, siapa saja boleh ikut senam, ya seminggu sekali lumayan lah untuk menjaga kesehatan tubuh, terutama jantung.
Capek jogging dan senam, tenang saja, ada puluhan jajanan yang tersedia menanti anda. Anda mau pilih sarapan apa?
Ada bubur ayam Jakarta, bubur kacang ijo, siomay, ketoprak, aneka kue, roti, dan segala macam ada disitu. Anda tidak ingin oleh raga, Cuma pengen cari sarapan atau sekedar ngeceng? Sah sah aja mampir di lapangan Blang padang, itung itung mengolahragakan jiwa dan pikiran, besoknya stress dan penat di tempat kerja, disekolah, di kampus dijamin ilang dan segar kembali.
Masih ingat dengan pesawat Indonesian Airways pertama yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang merupakan persembahan dari rakyat Aceh. Pesawat ini merupakan kebanggaan rakyat Aceh karena mampu memberikan bantuan kepada Pemerintah Indonesia yang saat itu belum mempunyai pesawat sendiri, sehingga dijadikan monumen dan diletakkan di pojok sebelah kanan dari lapangan blang padang.

6. Kapal PLTD Apung
PLTD Apung
Monumen Kapal PLTD Apung Memiliki Luas Lahan : ± 2 Ha, berlokasi di Desa Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru Banda Aceh. Monumen ini di miliki oleh Pemerintah Kota Banda Aceh, di Peruntukan untuk kawasan wisata.
Kapal PLTD Apung ini terdampar ke darat sejauh 5 km dari tempatnya berlabuh di laut Ulee Lheue Banda Aceh saat kejadian tsunami beberapa tahun lalu. Kapal dengan bobot 2.600 ton ini dahulunya digunakan untuk mensupply arus listrik kepada masyarakat di wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar, ketika Aceh dilanda konflik yang mengakibatkan sering terganggunya pasokan listrik ke pelanggan.
Di sebelah kiri PLTD Apung ini sekarang telah selesai dibangun Monumen Edukasi Tsunami yang berisi catatan sejarah dan foto-foto tentang Tsunami.
Saat ini Pemerintah setempat menjadikan kapal tersebut sebagai monument peringatan bencana tsunami yang pernah meluluhlantakkan sebagian besar pemukiman penduduk. Pembangunan Monumen ini belum selesai,Pemerintah baru membebaskan tanah warga disekitar untuk mendukung pembangunan lokasi wisata tersebut. Kapal PLTD Apung ini sekarang telah menjadi objek wisata yang banyak di kunjungi oleh wisatawan mancanegara dan domestik. Potensi kawasan wisata PLTD Apung mempunyai peluang besar menjadi kawasan wisata yang berbasis masyarakat lokal dalam pengelolaannya. Untuk saat ini kawasan wisata PLTD Apung dikelola oleh pemuda setempat secara mandiri tanpa bantuan dinas terkait.

7. Gerbang Puetjoet Kerkoff
Kerkoff berasal dari bahasa Belanda yang berarti kuburan, sedangkan Peutjoet atau asal kata dari Pocut (putra kesayangan) Sultan Iskandar Muda yang dihukum oleh ayahnya sendiri (Sultan Iskandar Muda) karena melakukan kesalahan fatal dan dimakamkan di tengah-tengan perkuburan ini.
Pada relief dinding gerbang makam tertulis nama-nama serdadu Belanda yang meninggal dalam pertempuran dengan masyarakat Aceh (setiap relief ada 30 nama); daerah pertempuran, seperti di Sigli, Moekim, Tjot Basetoel, Lambari en Teunom, Kandang, Toeanko, Lambesoi, Koewala, Tjot Rang – Pajaoe, Lepong Ara, (Oleh Karang – Dango, dan Samalanga); dan tahun meninggal para serdadu (1873-1910). Sekitar 2200 tentara Belanda termasuk 4 jenderalnya sejak tahun 1883 hingga 1940-an dikuburkan di sini. Di antara para serdadu Belanda tersebut ada beberapa nama prajurit Marsose yang berasal dari Ambon, Manado dan Jawa. Para prajurit Marsose yang berasal dari Jawa ditandai dengan identitas IF (inlander fuselier) di belakang namanya, prajurit dari Ambon dengan tanda AMB, prajurit dari Manado dengan tanda MND, dan serdadu Belanda dengan tanda EF/ F.

8. Taman Sari
Taman Sari merupakan tempat bermain yang ramai dikunjungi oleh masyarakat dengan lokasi yang berada tidak jauh dari Mesjid Raya Kota Banda Aceh, Taman Sari merupakan salah satu tempat favorit di Kota Banda Aceh dengan fasilitas yang tersedia antara lain : mempunyai taman yang luas dan tertata rapi dengan aneka permainan gratis bagi anak-anak dan juga tersedia hot spot gratis sehingga setiap orang dapat mengakses internet serta di dukung oleh bangunan gedung untuk menunjang tempat ini sebagai pusat kegiatan masyarakat.

9. Taman Wisata Krueng Aceh
Sungai yang membelah Kota Banda Aceh ini merupakan salah satu sungai yang cukup bersih untuk dijadikan sebagai objek wisata dengan konsep panorama aliran sungai dengan suasana tenang dan nyaman untuk melepas kepenatan. Titik Lokasi Waterfront City di Kota Banda Aceh meliputi kawasan Gampong Keudah, Gampong Kuta Alam dan Kawasan Gampong Lamgugob, dengan sarana yang tersedia yaitu tempat rekreasi keluarga di titik Keudah dan Kuta Alam serta wisata air di jembatan lamnyong dan juga Sebagai pelengkap bagi pengunjung yang tidak hanya melepas kepenatan dapat memanfaatkan lokasi jogging track dekat jembatan Peunayong sebagai sarana olah raga ataupun tempat pembibitan benih tanaman di Kampung Baru.

17 Mayam Emas 24 Karat.


Kampus Muhammadiah, markas untuk hahahihi bersama teman2, aku juga kadang tidur disana, sebuah gubuk kecil dari kayu, bersebelahan dengan gudang universitas, tempat penyimpanan biskuit bantuan UN pasca tsunami, di huni oleh 4 orang penduduk tetap sekaligus terlama disitu, salah satunya Abeuk, juga temanku waktu di pesantren dulu. Dia yang mengajakku tinggal disitu.

Aku menemui manusia2 ajaib ‘n tahan lapar di gubuk yang agak Nampak miring itu. Pagi hari kami di kantin, ditemani Koran kemarin, secangkir kopi dan biskuit dari gudang yang diperkirakan nggak pernah habis, tersusun rapi bahkan kalo untuk mengambil sususan dos yang paling atas, mesti naik tangga dulu. Tapi dasar manusia langka, nggak pernah kehabisan akal, mereka mencongkel satu persatu pack biscuit yang ada, bak tikus mencuri makanan. Itulah rutinitasku. Juga rutinitas teman2ku jauh2 hari sebelum ku datang.

Selesai sarapan pagi, pemilik kantin terpaksa harus menjadi juru catat bagi temenku itu, sibuk membolak-balik buku, mencari tempat yang layak untuk menulis, “Tanggal 16 Januari 2006, Abeuk ---- Rp 14.000,-

Mereka super sekali. Mereka luar biasa. Mereka makhluk ajaib…

Seorang satpam kampus, mencoba membangkitkan semangatku. Katanya sich iba melihat keadaanku belakangan sering bengong sendiri. Beliau mengajakku mencari kayu sisa2 konstruksi bangunan. Dengan maksud dijual ke rumah-rumah di desa yang membutuhkannya sebagai kayu bakar. Dan jelas untuk tujuan dan kepentingan yang sama, mendapatkan “UANG”

Aku pun bersemangat, untuk rasa lapar yang telah menghantui di siang bolong, untuk secangkir kopi panas nan harum yang menggelegar, untuk sebatang rokok yang bisa membuat santai, untuk merayu si-dompet yang tlah lama bersedih karena dibiarkan kosong melompong. Untuk Abeuk, Untuk teman2 yang tanpa sungkan memberiku penginapan “gratis”, hehe…

Meski letih. Tanpa ambil pusing, aku harus tetap bertahan. Bak kata pepatah, berakit-rakit ke hulu, kalo nggak ada rakit, yaaah naik ojek kan bisa, hehe…

Gayung bersambut, ternyata banting keringat kami nggak sia2. Emang jumlahnya nggak seberapa, tapi 80 ribu itu bagiku seperti 17 mayam Emas 24 karat.

Perutpun terisi, dan kami tertidur lelap di siang bocor…

*************

Ada uang, tapi 4 ribu

Tiga tahun kuliah di jurusan sastra Inggris, gampang2 susah ternyata, aku mengambil Diploma karena ayahku melarangku ngambil S1, yaah mungkin ada hikmahnya…

Tiga tahun terasa begitu cepat, nggak kerasa dah wisuda. Cengar-cengir di acara wisuda, foto bareng temen2. Jika diperhatikan, emang agak aneh, kuliah bertahun2 hanya untuk 1 hari itu aja. Hari dimana ada ijazah, hari pembagian titel, sekaligus hari penambahan para pengangguran...

2 bulan di kampung, bukan waktu yang singkat bagi pengangguran.

“Zil, ke Banda Aceh yuk” ajak temanku yang ingin mengantarkan neneknya naik haji, tradisi mengantar haji ini memang udah turun temurun, aku teringat ketika ayahku berangkat haji, ditepungtawari plus pake acara tangis2an segala, kaya orang mau perang dan nggak pernah kembali. Sempat aku bertanya2, kenapa mesti menangis ya? Kayak mau meninggal aja… J

Akhirnya tanpa pikir panjang dan izin dari orang tua, aku pun berangkat ke Banda Aceh. Dibarengi niat awal, mencopot status “pengangguran”.

Awal yang pahit, benar kurasakan, dunia ini memang kejam, lebih kejam dari Adolf Hitler si penjajah dan pembantai, lebih kejam dari tukang sate yang setelah menyembelih lalu menusuk2 bahkan memanggang (tapi kambing, buat satee gitu… hehe…)

Stok uang jalan dari ortuku habis, perlahan2 meleleh bak lilin ruang gelap. Terpikir olehku minta kompensasi tambahan dari kampung, tapi niat tersebut urung aku lakukan karena malu, itulah aku dri zaman ke zaman, terus berpegang teguh pada prinsip “tidak suka meminta”.

Di pesantren dulu, mungkin aku satu2nya yang jarang dapet uang jajan, karena mama’ ku setiap kunjungannya di tahun pertamaku disana, mama’ selalu memberiku uang bertahap. Karena jumlah uang jajan dan SPP-ku berjumlah sama persis.

“Uang SPP udah bayar? Nih, mama’ kasih uang jajan dulu, uang SPP bulan depan aja.”

Merasa nggak enak karena disuratin oleh biro pesantren, akhirnya aku mengikhlaskan uang jajan untuk membayar SPP. Walhasil uang jajan ludes.

Bulan depan mama’ berkunjung lagi, hatiku riang gembira… J

“Uang jajan masih ada? Nih, bayar SPP  dulu, uang jajan nanti mama’ kasih lagi.”

Uang itu pun benar2 kupakai buat bayar SPP. Walakhir, uang jajan ludes lagi.

Pada dasarnya mama ku ngerti aku banget, aku yang nggak pernah bilang nggak ada uang kalo mama’ ku bertanya.

“Masih ada uang jajan?”

“Masih mak”

“Berapa lagi?”

“empat ribu mak”

“Apa? Uang jajan apa tu empat ribu? Nih ambil buat jajan, beli aja apa yang kamu suka, jangan ditahan2…” Mama’ geleng2 kepala…

“Iya mak”

Hatiku meloncat kegirangan kaya kodok keluar dari kulkas. Aku dapet 150 ribu, emang bener sich, uang 4 ribu Cuma dapet beli es lilin 1, kodok2 kesukaanku 2, n kalo pengen makan mie, harus ngutang 2 ribu lagi… ckckckck…

Itulah sosok seorang ibu yang selalu mencari tahu keadaan anaknya. Mama’ memang number one in the world, tapi sayangnya, ketika penyakit “lupa” mama’ kambuh, pertanyaan2 semacam itu nggak pernah ada. L

Atau abangku, SAFRIL (Saf bermakna barisan dalam bahasa Arab, sedangkan Ril, dalam bahasa Inggris dibaca REAL, jadi jika digabungkan nama saudara laki2 pertamaku itu bisa diartikan “BARISAN YANG NYATA” *maksa… kekekeke).

Waktu itu mama’ mendelegasikan abangku untuk mengantarkan langsung uang buku ke pondok pesantren. Setelah melewati pemeriksaan Satpam pagar. Biasa, Pak Yusuf, si kepala Satpam kadang suka over kalo periksa orang, pake acara sita barang, ngeluarin isi2 dalam tas, merogoh2 kantong bak penjaga penjara, alasannya “waspada ada tamu yang membawa rokok, narkoba, dan senjata tajam.” Padahal, manaaaa daaa… hehehe

Abangku merepet pedas, ngoceh2 nggak karuan, katanya sich awalnya ntu satpam nggak ngizinin masuk, setelah memberikan 27 alasan, akhirnya abangku berhasil menemuiku di depan pintu kamar pondok yang kalo didorong pake telunjuk bisa jatuh nimpa siapapun yang ada di belakangnya.

“Berapa perlu uang dek?”

“Dua Puluh Empat Ribu bang”

“Haaah…??? Ongkos dari kampung kemari aja udah 30 ribu. Itu belum hitung uang makan minum. Jadi cape2 jauh2 kemari Cuma ngantar uang 24 ribu?”

“Iya, segitu perlunya buat beli buku, kata ustadz wajib beli”

“ #$%^&*(*&^%$%^&* “

*******************************************

JOSET (Jomblo Kloset)

Semenjak aku duduk di bangku kuliah aku ga pernah bersentuhan dengan yang namanya “pacaran”, kata temenku pacaran itu asyik, banyak kisah yang bisa diukir. Aku percaya, buktinya pas lagi liburan kemana aja, banyak temuan ukiran-ukiran kisah itu ada dimana2, di pohon, di batu monumen, di museum, di prasasti2 bersejarah, bahkan di toilet n WC umum sekalipun, jelas terukir “Dessy Love Me,” atau “Jono ‘n Jonianty Luph 4ever” atau apa lah... 

Dari segi tulisan, mungkin para psikolog bisa menyimpulkan  bahwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww3ssssssssssssssssssssss3aeeeeeqEWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWW (jiah, huruf “w” di keyboard laptopku yang nggak seberapa ini macet, hehe… ok, lanjut…), bahwa tu orang kurang kerjaan banget, tidak mencintai lingkungan setempat, mana tulisannya hancur2an lagi. Kebayang nggak? Kenapa WC umum bau nya bisa putusin urat sarafnya Gatot Kaca? Padahal yang bersangkutan punya urat kawat… 

Temenku dengan bangganya gonta-ganti pacar. Pacaran hanya main-main saja. Tidak bagiku, karena aku punya harapan dan impian terdoktrin di otakku, bahwa bidadari syurga, lebih indah dari segalanya, hingga sekarang aku belum bisa membayangkannya. 

Tambahan di otak kananku, pacaran hanya sebuah aturan yang dapat mengancam langkah kakiku, betapa tidak, banyak teman-temanku yang melalikan kuliah gara-gara pacaran. Kiriman orangtua nggak pernah cukup, juga gara-gara pacaran. 

Nggak munafik, keinginan tuk pacaran pasti ada dalam diriku, mungkin bagi siapapun termasuk ayam tetangga sebelah yang selalu ku lempari batu kalo berkokoknya kepagian. 

Aku nggak mau mesti pinjam motor temen dan ngapel ke rumah pacar lalu mengatakan, “keren kan motor ku?”. Aku merasa berdosa, jika jatah uang jajan yang pas2an harus dibagi dua. Aku juga nggak mau waktu asyikku nongkrong bareng teman harus ku akhiri hanya setalah seseorang berkata, “Jemput sekarang atau kita putuuuusss !!!” Bagiku, itu malaikat mini pencabut nyawa, sungguh menaktutkan.

Harapanku sederhana, aku tidak ingin memiliki pendamping hidup yang “bukan” dari Aceh. Jangan katakana ini sukuisme, ini hanya perkara “Merpati berpasangan merpati”, “singa dengan singa,” kan ribet, bayangin kalo “ayam pacaran sama kambing?”

Aku ingin pacar sekaligus akan menjadi istriku, mengukir kisah sampai tua, punya anak maksimal Sembilan (anti KB, kwakwakaka…). Temen-temenku mentertawaiku, ada yang menyindir, ada yang langsung ngajak pacaran, ada yang menawarkan pacar, ada juga yang terus2an minta pacar (nah lho, tolong carikan cermin buatku ngaca, aku aja belum dapet… parah, Parah Azhari alias Parah Sekali). 

Sakit memang dikatain bujang lapok, nggak laku, jomblo sejati, joset (jomblo busyet), beribu istilah mengalir ke diriku. Aku tetap nggak peduli, karena menurutku banyak wanita yang mengejar-ngejarku (hehehe… kegeeran dech…)


B I S M I L L A A H I R R A H M A A N I R R A H I I M . . . MARI B E R S A M A B E R B A G I R A N G K A I A N C E R I T A, G O R E S A N K I S A H, K E K U A T A N A Q I D A H, DAN K E T A J A M A N P E N G E T A H U A N . . . . . "KUTITIPKAN SENYUMKU, DI SEJUTA MANIS SENYUMNYA...

Suka

Share to Facebook >>