Percayalah... Suatu saat nanti... Kita 'kan dipertemukan kembali... Bintang... :)

Senin, 04 Juli 2011

17 Mayam Emas 24 Karat.


Kampus Muhammadiah, markas untuk hahahihi bersama teman2, aku juga kadang tidur disana, sebuah gubuk kecil dari kayu, bersebelahan dengan gudang universitas, tempat penyimpanan biskuit bantuan UN pasca tsunami, di huni oleh 4 orang penduduk tetap sekaligus terlama disitu, salah satunya Abeuk, juga temanku waktu di pesantren dulu. Dia yang mengajakku tinggal disitu.

Aku menemui manusia2 ajaib ‘n tahan lapar di gubuk yang agak Nampak miring itu. Pagi hari kami di kantin, ditemani Koran kemarin, secangkir kopi dan biskuit dari gudang yang diperkirakan nggak pernah habis, tersusun rapi bahkan kalo untuk mengambil sususan dos yang paling atas, mesti naik tangga dulu. Tapi dasar manusia langka, nggak pernah kehabisan akal, mereka mencongkel satu persatu pack biscuit yang ada, bak tikus mencuri makanan. Itulah rutinitasku. Juga rutinitas teman2ku jauh2 hari sebelum ku datang.

Selesai sarapan pagi, pemilik kantin terpaksa harus menjadi juru catat bagi temenku itu, sibuk membolak-balik buku, mencari tempat yang layak untuk menulis, “Tanggal 16 Januari 2006, Abeuk ---- Rp 14.000,-

Mereka super sekali. Mereka luar biasa. Mereka makhluk ajaib…

Seorang satpam kampus, mencoba membangkitkan semangatku. Katanya sich iba melihat keadaanku belakangan sering bengong sendiri. Beliau mengajakku mencari kayu sisa2 konstruksi bangunan. Dengan maksud dijual ke rumah-rumah di desa yang membutuhkannya sebagai kayu bakar. Dan jelas untuk tujuan dan kepentingan yang sama, mendapatkan “UANG”

Aku pun bersemangat, untuk rasa lapar yang telah menghantui di siang bolong, untuk secangkir kopi panas nan harum yang menggelegar, untuk sebatang rokok yang bisa membuat santai, untuk merayu si-dompet yang tlah lama bersedih karena dibiarkan kosong melompong. Untuk Abeuk, Untuk teman2 yang tanpa sungkan memberiku penginapan “gratis”, hehe…

Meski letih. Tanpa ambil pusing, aku harus tetap bertahan. Bak kata pepatah, berakit-rakit ke hulu, kalo nggak ada rakit, yaaah naik ojek kan bisa, hehe…

Gayung bersambut, ternyata banting keringat kami nggak sia2. Emang jumlahnya nggak seberapa, tapi 80 ribu itu bagiku seperti 17 mayam Emas 24 karat.

Perutpun terisi, dan kami tertidur lelap di siang bocor…

*************


B I S M I L L A A H I R R A H M A A N I R R A H I I M . . . MARI B E R S A M A B E R B A G I R A N G K A I A N C E R I T A, G O R E S A N K I S A H, K E K U A T A N A Q I D A H, DAN K E T A J A M A N P E N G E T A H U A N . . . . . "KUTITIPKAN SENYUMKU, DI SEJUTA MANIS SENYUMNYA...

Suka

Share to Facebook >>