Mahzilnews.blogspot.com Copas from: |
Era Baru News.com |
Jakarta - Beragam benda peninggalan peradaban Islam Samudera Pasai di Aceh Utara, Nangroe Aceh Darussalam, diperjualbelikan secara liar. "Dari segi pelestarian ini memprihatinkan karena selain situsnya yang rusak meski kita masih bisa mengais sisa-sisanya, banyak benda-benda peninggalan yang diperjualbelikan bukan saja orang di dalam negeri tapi juga dari luar negeri," kata Peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Heddy Surachman, di Jakarta, Rabu (25/5). Ia mengatakan, pihaknya yang melakukan penelitian tentang Samudera Pasai pada 2008 dan 2010 menemukan fakta bahwa banyak ditemukan benda-benda peninggalan kerajaan tersebut seperti mata uang emas, cincin, hingga pecahan tembikar di banyak titik. Ironisnya, pihaknya kerap menjumpai di Komplek Makam yang diduga menjadi pusat Kerajaan Samudera Pasai dijual temuan-temuan yang diduga berasal dari zaman Samudera Pasai. "Saya kira imbauan untuk tidak melakukan itu sudah kerap dilakukan tapi rupanya sulit sekali membendungnya," katanya. Heddy mengatakan, selama penelitian pihaknya banyak menemukan bekas-bekas penggalian liar karena potensi untuk menemukan benda peninggalan Samudera Pasai di lokasi-lokasi tertentu sangat besar. Beberapa benda yang kerap ditemukan adalah mata uang dari bahan emas, gelas kaca, mata uang dari bahan timah, artefak kaca, tembikar, keramik China Dinasti Song abad 12-13, keramik China abad 13-14, dan Keramik China Dinasti Song-Yuan pada abad ke-13-14. Pihaknya menyarankan agar disediakan tempat penampungan khusus untuk temuan-temuan yang diduga berasal dari zaman Samudera Pasai oleh Pemerintah Daerah (Pemda) setempat. Apalagi sampai saat ini Pemda di wilayah itu belum memiliki museum yang terkait dengan keberadaan Samudera Pasai. "Namun kami menyambut baik, karena Pemda memiliki rencana untuk membangun Monumen Pasai dalam waktu dekat," katanya. Pihaknya menemukan Samudera Pasai sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara yang berkembang pada sekitar 1297 M. Kota Pasai menurut sumber Portugis merupakan kota terpenting di Sumatera dengan jumlah penduduk kota tidak kurang dari 20 ribu orang. "Kami meneliti Pasai dengan tujuan untuk memberikan gambaran tentang pusat peradaban Islam Samudera Pasai meliputi pola dan karakter kota, arsitektur dan teknologi, serta kemajemukan masyarakat kota," katanya. Pihaknya mengeksplorasi seoptimal mungkin data-data arkeologis dari masa kesejarahan Kerajaan Samudera Pasai dengan penekanan pada situs kota bekas pusat kerajaan. Heddy memperkirakan pusat peradaban Pasai tersebar di sejumlah tempat di antaranya di Desa Beuringin, Desa KutaKrueng, dan Desa Tanjung Keling Kecamatan Samudera. "Kami juga mengekskavasi dinding berukuran sekitar 35x35 m di CotAstana, Desa Kuta Krueng," katanya. Sebidang tanah itu diperkirakan merupakan tembok benteng pada zaman Samudera Pasai. Pihaknya juga menyimpulkan adanya kesamaan kronologi dalam jumlah kepadatan dari situs Ulee Tanoh dan Peut Ploh Peut menunjukkan bahwa kedua situs termasuk dalam kawasan utama penghunian pada masa Kerajaan Samudera dan Pasai. Ia juga berharap semakin banyaknya penelitian terkait Samudera Pasai akan mengungkap lebih banyak data arkelogis yang berguna bagi upaya pelestarian situs-situsnya.(ant/yan) |