Percayalah... Suatu saat nanti... Kita 'kan dipertemukan kembali... Bintang... :)

Selasa, 27 Desember 2011

Punk Aceh (Aneuk Manyak Pungo)

Jika diibaratkan makanan, ada rasa yang aneh di lidah ketika masakan terlalu asin, hambar, atau ada tambahan resep yang membuat masakan menjadi tidak lagi lezat dinikmati. Atau misalkan ada seekor lalat yang mati terlihat di atas hidangan. Begitulah asumsi saya terhadap komunitas PUNK yang hampir berjamur di Aceh. Komunitas PUNK di Aceh (baca: PUNG + O = aneuk manyak pungo) yang identik dengan pengrusakan, ugal-ugalan, jorok, jarang mandi, tanpa aturan, brutal, gemar berkelahi, dan tidak ramah lingkungan ini, telah menjadi hazard (ancaman) bagi tradisi dan Budaya Aceh. Mereka menjadi ancaman penegakan syariat Islam di Aceh setelah beberapa pejabat di Jawakarta yang menolak penetapan Syariat Islam di bumoe Seuramoe Makkah.

Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an, di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik. Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves. Ini dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama.
Banyak yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.

Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut yang diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker.

Berbeda halnya di Aceh, Punk adalah aneuk manyak pungo yang ikut-ikutan dan nggak tahu aturan main. Punk di Aceh tidak sekreatif di negara dimana mereka lahir. Karena pada intinya, punk merupakan sub-budaya, lalu apa jika mengambil sesuatu dengan cara meniru, apakah itu sebuah kreatifitas? Malah jika dilihat, sesuatu yang baru akan menjadi unik di mata dunia jika difasilitasi dan dikemabangkan dengan benar-benar, Rafly yang memadukan nyanyian-nyanyian aceh dengan musik tradisional seurunee kalee dan rapa’i, menjadi sesuatu yang “waaaah” di mata dunia. A-plus juga bagi Tari Saman yang diakui UNESCO sebagai warisan budaya international.

Lalu kenapa mesti ada lalat di gulee pliek ue? Apakah kita masih mau mencicipinya? Atau kita buang saja dan menggantikan dengan kuah pliek yang lain tanpa menyalahkan si pemasak? Memang jika ditelusuri, kebijakan yang diambil langsung oleh pemerintah Kota Banda Aceh bersama pihak kepolisian sudah tepat. Namun, hal ini tidak peru dibesar-besarkan, sehingga menjadi wabah penyakit yang membuat penyakit baru bermunculan dari kelompok yang ingin mencari ketenaran dan popularitas.

Ayo, pemuda Aceh, kita boleh menikmati budaya luar, tapi bukan mengikuti. Kita sah-sah saja menghargai budaya asing, tapi bukan dengan cara melupakan budaya sendiri yang justru lebih diincar oleh pihak asing. Bisa saja bentuk sebuah aliran Rapa’i, yang kemana-mana bawa rapai, berjenggot ala Tgk. Chik Di Tiro, ber kupiah ala Teuku Umar, gemar nongkrong di mesjid, dengan hobbi menjaga kebersihan, dan lain sebagainya, mungkin akan terangkat nama Aceh di mata dunia dengan adanya aliran pemuda semacam Punk tadi, yang disesuaikan dengan budaya dan kearifan lokal. Mudah-mudahan bermanfaat.


B I S M I L L A A H I R R A H M A A N I R R A H I I M . . . MARI B E R S A M A B E R B A G I R A N G K A I A N C E R I T A, G O R E S A N K I S A H, K E K U A T A N A Q I D A H, DAN K E T A J A M A N P E N G E T A H U A N . . . . . "KUTITIPKAN SENYUMKU, DI SEJUTA MANIS SENYUMNYA...

Suka

Share to Facebook >>